Nama teman ku ini Anis Prasetyio Aja. Sosoknya muda meski sudah beranak 3. Mudanya seperti anak yang baru tamat Sekolah Menengah Atas. Dia ini punya ambisi yang besar dalam dunia jurnalistik. Meski ambisi, namun dia tidak ambisius, walau sebenarnya terkadang kata seorang temanku yang lain, Sosok Anis ini sering "menggunting dalam lipatan". Saya tentu tidak percaya dengan kata teman ku ini yang juga sebenarnya teman Anis juga.
Awal kenal dengan Anis dimulai saat bersama-sama dalam satu Tim salah satu Tabloid Lokal di Kota ku. Saya di Kantor Pusat, sedangkan si Anis dipercaya jadi Kepala Biro di salah satu daerah bagian selatan kota Ku. Namun entah kenapa, si Anis memutuskan untuk hengkang. Sebelumnya, memang si Anis pernah datang menemui ku. Anis memperlihatkan sebuah proposal kegiatan Festival Musik yang akan dibuatnya di daerah selatan kota ku. Entah karena kurang minat atau gaya bicaranya yang tidak meyakinkan, proposal tersebut hanya saya pegang tanpa membuka apalagi sampai membacanya.
Entah berapa lama Anis menghilang, Aku ketemu lagi dengan dirinya dalam sebuah kegiatan nongki-nongki. Tampilannya kini jauh berbeda. Jauh lebih Matching. Kunci mobil terlihat dari saku celana bagian belakangnya. Ngomong ibarat seorang pengusaha yang hasil produknya telah menembus pasar global.
Dan ternyata, memang benar adanya. Anis kini jadi salah satu pemilik media yang ada di daerah ku. Pernah, saat jelang Idul fitri, iseng saya meminta THR kepada Anis.
"Saya belum mengakui kamu sebagai salah satu pengusaha Media jika belum memberi saya THR," ucap ku kala itu.
Anispun memohon maaf pada ku. Katanya, saat tersebut, dirinya belum punya dana untuk memberikan saya THR.
"Sabar saja. Nanti akan saya kasi', Lebarannyakan masih seminggu lagi," janji Anis.
Berkisar empat hari setelah itu, tiba-tiba nada dering telepon ku berbunyi.
"Posisi?". Karena sudah cukup akrab, maka suara di sebrang telp ku yakini adalah Anis.
"Saya di Kantor dinda, ada yang bisa saya bantu?," jawab ku.
"Ok,... tunggu disitu," ucap Anis.
Hanya berselang menit, Anis sudah berada di depan ku. Ditangannya ada Amplop putih yang tertutup rapi.
"Ini THR yang saya janjikan. Jangan lihat nilainya, tapi nilai pemberiannya. Ini murni tulus dan ikhlas", ucap Anis.
Saat itu, saya antara percaya dan tidak. Ternyata, Anis adalah salah satu manusia yang masih mempunyai komitmen.
Berbekal dari pengalaman inilah, saya akhirnya bertekad untuk mendorong dirinya maju sebagai Ketua salah satu perkumpulan profesi yang ditekuninya. Tentunya bukan hanya sekedar mendukung, tapi siap menjadi tim Ring satu dalam suksesi nantinya.
Semoga Komitmen yang diperlihatkan dulu masih terjaga. Insya Allah!! ( www.spiritkita.com )